Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan

Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan - Assalamualaikum, apa kabar Sobat pembaca MUSLIM ISLAM , Kami harap kabar Sobat baik-baik saja dan selalu dalam lindunganNYA, Amin. Oya hari ini Muslim Islam akan mengupas informasi berjudul Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan, Tulisan kali ini kami masukkan dalam tag atau label Artikel Berita, Artikel Budaya, Artikel Fenomena, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Portal Berita Islam, Artikel Ragam, Semoga saja uraian kami ini dapat menambah informasi untuk Sobat pembaca semuanya, baiklah, biar tidak terlalu lama, yuk langsung disimak saja.

Judul : Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan
link : Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan

Baca juga


Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan

Rais Aam PBNU, KH. Ma'ruf Amin. Photo: Detak
ARRAHMAH.CO.ID - Banyak poin penting dari pidato Rais Am PBNU, Prof. Dr.KH. Ma’ruf Amin, yang beliau sampaikan pada acara al-Haflatul Kubro (23/7/2017) di Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, yang juga dihadiri oleh Hadratus Syaikh Maimun Zubair (Mustasyar PBNU), Tuan Guru Zainul Majdi (Gubernur NTB, doktor lulusan al Azhar Mesir) dan banyak Kiai lainnya, antara lain:

1. Tugas utama pesantren adalah i’dad-ul mutafaqqihina fid-din (menyiapkan generasi ulama yang memiliki kedalaman ilmu agama). Sebab, ilmu agama kelak akan diangkat oleh Allah dengan wafatnya para ulama. Ketika para ulama telah wafat dan tidak tersisa seorang pun dari mereka, maka masyarakat akan mengulama’kan orang-orang bodoh (juhhal) yang pada akhirnya akan sesat menyesatkan. 

2. Tugas utama ulama adalah himayat-ud din, yaitu  melindungi agama dari pengaruh-pengaruh al-‘aqaid al-fasidah (akidah sesat) dan al-afkar al-munharifah (pemikiran-pemikiran menyimpang, esktrem, dan radikal) yang membahayakan agama.

3. Pemikiran radikal yang harus diwaspadai ada dua macam, yaitu radikalisme agama dan radikalisme sekuler. Radikalisme agama adalah kelompok-kelompok yang memahami agama secara radikal. Mereka terbagi menjadi dua golongan, yaitu ithbatiyyun (ekstrem kanan) dan mutaghayyirun (ekstrem kiri). Yang pertama adalah golongan tekstualis yang rigid (kaku) dalam memahami agama sehingga mengabaikan subtansi (maqashid al-shari’ah) dari agama itu sendiri. Mereka menutup mata, sama sekali tidak mau berkompromi dengan problematika masyarakat yang terus berkembang (al-umur al-mustajaddah). Kebalikan dari yang pertama, golongan kedua (mutaghayyirun) memahami agama secara liberal, melampaui batasan-batasan yang ditentukan oleh syara’. Lantas, di mana posisi kita? Posisi kita harus ada di tengah (mutawassitun). La tekstualiyyun wa laa librariyyun, tidak tekstualis dan tidak pula liberal.

4. Tugas ulama lainnya adalah himayat-ud daulah (melindungi negara). Saat ini negara tidak hanya menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok radikalis agama yang anti Pancasila, tapi juga kelompok-kelompok radikalis sekuler yang kehilangan semangat religiusitas (al-ruh al-diniyah) dalam bernegara. Mengutip pidato Hadratus Syaikh M. Hasyim Asy’ari, “ laqad dha’ufat al-ruh al-diniyyah fi al-‘alam al-siyasi fi al-ayyam al-akhirah”, sungguh telah melemah semangat keagamaan di dunia politik dewasa ini. Kita patut bersyukur, Indonesia memiliki UU Penodaan Agama. Sebagian kalangan menghendaki dihapusnya UU tersebut, karena rawan kriminalisasi. Seharusnya tidak demikian, karena yang kriminal bukanlah undang-undangnya, tapi orangnya. Selama kita tidak berbuat kriminal, maka tidak perlu takut dengan undang-undang tersebut. Kita juga patut bersyukur dengan disahkannya Perppu Ormasy yang berimplikasi pada dibubarkannya kelompok anti-Pancasila (HTI) yang dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara.

5. Untuk menghidupkan kembali semangat keagamaan (al-ruh al-diniyah) dan kebangsaan, Rais Am bersama Presiden akan membentuk Majlis Dzikir Hubbul Wathon yang secara rutin akan digelar di Istana Negara.  

6. Tugas ulama yang berikutnya adalah islah al-ummah (melakukan perbaikan umat). Sebagai rijal al-islah (aktor-aktor perbaikan), ulama seyogyanya tidak hanya berpedoman pada kaidah al-muhafadhah ala al-qadim al-salih wa al-akhdzu bi al-jadid al-aslah (memelihara tradisi lama yang baik dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik), tapi juga islahu ma huwa al-aslah fa al-aslah tsumma al-aslah (memperbaiki apa yang sudah baik agar menjadi lebih baik, lalu menjadi lebih baik lagi, dan seterusnya).

------
Semoga kita, orang-orang pesantren, mampu mengemban amanah sebagaimana ditegaskan oleh beliau, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, di atas.

Wallahu ‘alam

Disarikan oleh Miftakhul Arif, kandidat Doktor UIN SA


Terima kasih Sobat sudah berkenan membaca :

Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan

Kami rasa sudah cukup pembahasan Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan untuk hari ini, Moga saja apa yang sudah Sobat baca dapat menambah wawasan dan wacana. Kami selaku Admin memohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan, semoga kita dipertemukan di artikel berikutnya, Wassalamualaikum.

Baru saja selesai dibaca: Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan link sumber: https://musilmislam.blogspot.com/2017/07/pesan-mutiara-rais-am-pbnu-pesantren.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pesan Mutiara Rais 'Am PBNU: Pesantren dan Tugas Keulamaan"

Posting Komentar