Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun

Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun - Assalamualaikum, apa kabar Sobat pembaca MUSLIM ISLAM , Kami harap kabar Sobat baik-baik saja dan selalu dalam lindunganNYA, Amin. Oya hari ini Muslim Islam akan mengupas informasi berjudul Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun, Tulisan kali ini kami masukkan dalam tag atau label Artikel Berita, Artikel Budaya, Artikel Fenomena, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Portal Berita Islam, Artikel Ragam, Semoga saja uraian kami ini dapat menambah informasi untuk Sobat pembaca semuanya, baiklah, biar tidak terlalu lama, yuk langsung disimak saja.

Judul : Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun
link : Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun

Baca juga


Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun

Cak Nun - Emha Ainun Najib
Cak Nun - Emha Ainun Najib
KHAZANAH ISLAM, ARRAHMAH.CO.ID - "Lèlès" (vokal e dibaca seperti pada "Menteng") artinya memunguti apa-apa yang tercecer untuk diambil manfaatnya atau dirawat.

"Nggathilut" artinya kenyamanan yang diperoleh tanpa susah-payah.

Saya ini kyai nggathilut. Begitu ayah saya meninggal, orang langsung mengkyaikan saya tanpa fit and proper test. Gus Dur mencomot dan menggelandang saya ke Jakarta hanya karena saya ini keponakan temannya dan teman keponakannya. Kemudian hanya karena reputasi saya sebagai mantannya Gus Dur (mantan jubir, mantan ini dan mantan itu) pemimpin NU memasukkan saya dalam jajaran kepengurusan begitu saja.

Saya menikmati kedudukan, otoritas, previlege dan pengaruh publik secara instan tanpa ikhtiar, bahkan tanpa terlebih dahulu berusaha menjadi pintar ataupun terampil. Saya pun tak perlu mencari-cari pengikut, karena dimana-mana ada saja orang yang siap menjadi pengikut saya, atas nama Gus Dur, NU atau status kekyaian saya. Bikinlah panggung dan biarkan saya naik keatasnya. Begitu sound system dihidupkan, orang-orang siap menyimak apa saja yang saya omong-kosongkan.
Yang begitu itu, apa namanya kalau bukan nggathilut?

Tapi ada kyai seperti almarhum Mbah Sungeb di Kragan. Beliau telah menginvestasikan seluruh masa muda lunas-tuntas tanpa sisa untuk ngaji dan tirakat. Seandainya beliau mau, bisa saja beliau menyuwuk atau mengikuk madu dengan hasil produk yang pasti jauh lebih berkualitas ketimbang yang sekarang ini diperdagangkan. Seandainya beliau mau membuka kitab di rumahnya sendiri dan membacanya dengan mengeraskan suara walaupun tanpa panggung dan tanpa sound system, pasti orang-orang yang ngebet pada ilmu akan berduyun-duyun datang bersimpuh dibawah dulinya.
Tapi Mbah Sungeb memilih keluyuran di lokalisasi pelacuran di pinggiran Rembang. Nongkrong berjam-jam di warung-warung mesum. Bergaul dengan orang-orang yang tidak tahu dan tidak perduli dengan keluhuran maqomnya.

Mbah Sungeb memilih mendatangi orang-orang yang tak akan mau mendatangi ataupun mendengarkan kyai mana pun dan kyai mana pun akan merasa tak pantas mendatangi mereka karena kehinaan maqom mereka. Orang-orang yang tersingkir dari terangnya sinar lampu-lampu, dari leganya jalan lapang, dari harumnya taman-taman.

Mbah Sungeb memilih melèlès sampah-sampah untuk siapa tahu bisa didaur-ulang menjadi sesuatu yang lebih berharga.

Kenyataannya, komplek pelacuran itu bubar tak lama sesudah Mbah Sungeb wafat. Saya beriman bahwa secara ruhaniyyah Mbah Sungeb punya andil atas kebubaran itu.

Untuk menjadi kyai nggathilut nyaris tak perlu investasi maupun usaha. Tinggal nangkring saja. Untuk menjadi kyai lèlès yang sukses, dituntut keteguhan jiwa dan mental wiraswasta yang dhukdhèng.

"Kyai Muhammad Ainun Najib", begitu saya menyebut namanya ditengah walimah pengantin sepupu saya, Bisri Mustofa bin Mustofa Bisri dan Ines, isterinya.

Dan saya katakan dihadapan hadirin bahwa "entah Cak Nun itu kyai beneran atau tidak, dia sudah biasa ngelakoni pekerjaannya kyai".

Saya memang dari dulu mengkategorikan Cak Nun sebagi kyai lèlès. Dan dia mungkin punya ambisi dan vitalitas bisnis yang lebih besar dari Mbah Sungeb. Itu sebabnya Cak Nun mau melakukan sofistikasi gaya, metode dan teknologi dalam usaha lèlèsnya.

Terkait dengan kontroversi yang dibikin Cak Nun terhadap NU dan Ansor belakangan ini, saya menduga dia cuma sedang mencoba melèlès HTI dan kalangan Islam gagap lainnya.


Terima kasih Sobat sudah berkenan membaca :

Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun

Kami rasa sudah cukup pembahasan Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun untuk hari ini, Moga saja apa yang sudah Sobat baca dapat menambah wawasan dan wacana. Kami selaku Admin memohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan, semoga kita dipertemukan di artikel berikutnya, Wassalamualaikum.

Baru saja selesai dibaca: Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun link sumber: https://musilmislam.blogspot.com/2017/07/kyai-leles-dan-kyai-nggathilut-komentar.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kyai Lèlès dan Kyai Nggathilut, Komentar Katib Aam PBNU Atas 'Manuver' Cak Nun"

Posting Komentar