Kelezatan Masakan Iman

Kelezatan Masakan Iman - Assalamualaikum, apa kabar Sobat pembaca MUSLIM ISLAM , Kami harap kabar Sobat baik-baik saja dan selalu dalam lindunganNYA, Amin. Oya hari ini Muslim Islam akan mengupas informasi berjudul Kelezatan Masakan Iman, Tulisan kali ini kami masukkan dalam tag atau label Artikel Berita, Artikel Budaya, Artikel Fenomena, Artikel Islam, Artikel Islami, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Portal Berita Islam, Artikel Ragam, Semoga saja uraian kami ini dapat menambah informasi untuk Sobat pembaca semuanya, baiklah, biar tidak terlalu lama, yuk langsung disimak saja.

Judul : Kelezatan Masakan Iman
link : Kelezatan Masakan Iman

Baca juga


Kelezatan Masakan Iman

Kelezatan Masakan Iman
HIKMAH, ARRAHMAH.CO.ID - Pengajian Hadist ke 22... dari Kitab Mukhtar Hadist Syarief susunan Al Habib Umar bin Hafidz di Masjid Al Murtadlo Pondok Pesantren Annur 2 Bululawang Malang.


ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً

“Akan merasakan kelezata iman, orang yang ridha kepada Allah  sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Nabi Muhammad sebagai rasulNya”

Makna Perkata.
- Arti “ridha kepada sesuatu” adalah merasa cukup dan puas dengannya, serta tidak menginginkan selainnya”

- Arti “merasakan kelezatan/kemanisan iman” adalah merasakan kenikmatan ketika mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, bersabar dalam menghadapi kesulitan dalam (mencari) ridha Allah Ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengutamakan semua itu di atas balasan duniawi, disertai dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan (segala) perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

- Makna “ridha kepada Allah Ta’ala sebagai Rabb” adalah ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan dicegah-Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridha kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya.

- Makna “ridha kepada Islam sebagai agama” adalah merasa cukup dengan mengamalkan syariat Islam dan tidak akan berpaling kapada selain Islam. Demikian pula “ridha kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul” artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, serta tidak menginginkan selain petunjuk dan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam .
[1. Takhfatun Nadzirin]

Imam an-Nawawi – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata: “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah Ta’ala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa siapa saja yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)” [2. Syarhul Muslim. Imam Nawawy]

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang berada diluar ketentuan itu, berarti tidak pernah merasakan manis nikmatnya Iman. Karena imannya hanya rupa tanpa nyawa, Lahir tanpa batin, gambaran tanpa hakikat. Hadits ini juga menunjukkan bahwa hati yang bersih dari penyakit lalai dan hawa nafsu akan menikmati lezatnya berbagai hakikat. Sebagaimana tubuh yang menikmati lezatnya makanan. [3. At Tanwir Fi Isqotid Tadbir, Syekh Ibnu Athoillah As Sakandary].

Dan Apabila penyakit hati itu telah lenyap, ia akan bisa merasakan segala sesuatu seperti aslinya. Ia dapat merasakan nikmatnya iman, lezatnya ketaatan, serta pahitnya kemaksiatan/pembangkangan. Berikut cerita orang-orang yang dikarunia kelezatan iman.
Ammar bin Yasar dan keluarganya disiksa dengan berbagai siksaan yang pedih oleh kafir Qurays akan tetapi tetap teguh pada ajaran Nabi Muhammad. Karena ia merasakan  kelezatan iman.
Orang orang yang beriman ketika hendak pergi ke medan peperangan, mereka berkata " aku sudah mencium bau surga". Mereka tidak gemetar sekalipun, bahkan rindu akan datangnya pintu kematian karena dengan memasuki pintu itu ia akan merasakan kenikmatan yang abadi.

Begitu juga orang-orang yang beriman merasakan pahit ketika melakukan kemaksiatan dan peka terhadap perkara yang jelek.
Saya pernah mendengar cerita, ada salah satu kyai  di tulungagung, yang mashur dengan mursyid Syadziliyah Simbah Kyai Abdul jalil, beliau terkadang menolak amplop yang diberi oleh jamaah. Suatu ketika ditanyakan kepada beliau, dan beliau pun menjawab " Tangan saya kepanasan, ketika memegang amplop bukan dari barang yang halal ". SubhanAllah, semoga kita semua dikarunia kelezatan Iman. Iman kepada Allah, kepada Rasulullah dan senantiasa diberikan kelezatan rasa masakan iman. Hehehe...

Dan orang orang yang merasakan lezatnya iman, maka dunia dan keindahannya tidak akan bisa menggoda.

Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad.

Website : annur2.net
FB : http://ift.tt/2l96pLq.


Terima kasih Sobat sudah berkenan membaca :

Kelezatan Masakan Iman

Kami rasa sudah cukup pembahasan Kelezatan Masakan Iman untuk hari ini, Moga saja apa yang sudah Sobat baca dapat menambah wawasan dan wacana. Kami selaku Admin memohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan, semoga kita dipertemukan di artikel berikutnya, Wassalamualaikum.

Baru saja selesai dibaca: Kelezatan Masakan Iman link sumber: https://musilmislam.blogspot.com/2017/02/kelezatan-masakan-iman.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kelezatan Masakan Iman"

Posting Komentar